Cari Blog Ini

Minggu, 25 Mei 2014

Pelajaran nahwu bag 15

BELAJAR ILMU NAHWU D ARI KITAB AL
AJURUMIYAH
��Pelajaran Kelimabelas��
��ALAMAT NASHAB SUATU KALIMAT
 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
” ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻜّﺴْﺮَﺓُ ﻓَﺘَﻜُﻮﻥُ ﻋَﻼَﻣَﺔً ﻟِﻠﻨَﺼْﺐِ ﻓﻲ ﺟَﻤْﻊِ
ﺍﻟﻤُﺆَﻧَﺚِ ﺍﻟﺴَّﺎﻟِﻢِ .”
 Berkata penulis_rahimahullah:
“Adapun Kasrah menjadi alamat bagi
Nashab pada Jamak Muannats Saalim.”
PENJELASAN:
Ini adalah alamat ketiga dari alamat-
alamat Nashab.
Kasrah menjadi alamat bahwa kalimat itu
Manshub (dinashab) hanya pada satu
tempat saja, yaitu pada Jamak Muannats
Saalim. Adapun definisi Jamak Muannats
Saalim telah kami jelaskan di bab alamat
Rafa’.
Apakah definisinya?
Isim mufrad yang dijadikan jamak (lebih
dari dua) dengan ditambah huruf Alif
dan Ta pada akhir kalimatnya.
��Contoh:
�� ﻣُﺪَﺭِّﺳَﺔٌ + ﺍﺕ = ﻣُﺪَﺭِّﺳَﺎﺕٌ .
 PERHATIAN:
Huruf Alif dan Ta (ﺕﺍ) pada kalimat
(ٌﺕﺎَﺳِّﺭَﺪُﻣ) adalah huruf tambahan, bukan
huruf asli dari kalimat tersebut.
Telah kita kami jelaskan pada bab Rafa’,
bahwa Jamak Muannats Saalim dirafa’
dengan Dhammah, misalnya
�� ﺟَﺎﺀَﺕِ ﺍﻟْﻤُﺪَﺭِّﺳَﺎﺕُ ﻭَﺍﻟﻄَّﺎﻟِﺒَﺎﺕُ .
“Telah datang para ibu guru dan para
siswi.”
Lihat kalimat (ُﺕﺎَﺳِّﺭَﺪُﻤْﻟﺍ) dan (ُﺕﺎَﺒِﻟﺎَّﻄﻟﺍ),
dia dirafa’ dengan Dhammah.
Pada pelajaran ini, penulis_rahimahullah
menjelaskan bahwa Jamak Muannats
Saalim jika dia dinashab, maka tanda
Nashabnya dengan Kasrah.
��Contohnya:
�� ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺍﻟْﻤُﺪَﺭِّﺳَﺎﺕِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻔَﺼْﻞِ .
“Aku Melihat para ibu guru didalam
kelas.”
�� ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ .
“Sesungguhnya para Muslimah didalam
masjid.”
�� ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺍﻟﺴَّﻴَّﺎﺭَﺍﺕِ ﺃَﻣَﺎﻡَ ﻣَﻜْﺘَﺐِ ﺍﻟْﺒَﺮِﻳْﺪِ .
“Aku melihat mobil-mobil didepan kantor
pos.
 Perhatikanlah tiga contoh diatas!
Kalian mendapatkan kalimat ( ﺍﻟْﻤُﺪَﺭِّﺳَﺎﺕِ‏) ,
‏(ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕِ ) dan (ِﺕﺍَﺭﺎَّﻴَّﺴﻟﺍ) semuanya
dinashab dengan Kasrah, karena dia
Jamak Muannats Salim.
�� Berikut contoh Jamak Muannats Salim
dalam keadaan Manshub (dinashab)
didalam Al Qur’an:
. { ﺇِﺫَﺍ ﻧَﻜَﺤْﺘُﻢُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ …}
“Apabila kalian menikahi wanita-wanita
yang beriman.” [QS. Al Ahzab: 49]
. { ﻟِﻴُﻌَﺬِّﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻘِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻘَﺎﺕِ
ﻭَﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛَﺎﺕِ ﻭَﻳَﺘُﻮﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ ﺭَﺣِﻴﻤًﺎ }
“Sehingga Allah mengazab orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan dan
orang-orang musyrikin laki-laki dan
perempuan; dan sehingga Allah menerima
taubat orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang ” [QS.
Al Ahzab: 73]
. { ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ {
ﺍﻵﻳﺔ
“Segala puji bagi Allah Yang telah
menciptakan langit dan bumi ” [QS. Al
An'aam: 1]
 Perhatikanlah tiga ayat diatas!
Kalian mendapatkan kalimat ( ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ‏) ,
‏(ﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻘَﺎﺕِ ‏), ‏(ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛَﺎﺕِ ) dan (ِﺕﺍَﻭﺎَﻤَّﺴﻟﺍ),
semuanya dalam keadaan manshub,
sedangkan tanda Nashabnya dengan
Kasrah, Kenapa? karena dia Jamak
Muannats Salim.
Jadi, apa yang dituntut dari kita pada
pelajaran hari ini?
�� Kita dituntut oleh penulis kitab ini
untuk menghafal dan mengenal alamat-
alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab
suatu kalimat ketika di Nashab?
Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu
Manshub (dinashab) maka hal ini akan
dibahas pada babnya tersendiri.
Yang terpenting bagi kita sementara ini
adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya
terlebih dahulu dan jangan kalian
terpusingkan dengan sesuatu yang belum
datang penjelasannya!
Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita
akan lanjutkan alamat ketiga dari alamat
Nashab pada pertemuan yang akan
datang insya Allah.
Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 13 Rajab 1435/ 12 Mei
2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_
Harasahallah ��].

Pelajaran nahwu 14

BELAJAR ILMU NAHWU
DARI KITAB AL AJURUMIYAH
��Pelajaran Keempatbelas��
 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
“ ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺍﻷﻟِﻒُ ﻓَﺘَﻜُﻮﻥُ ﻋَﻼَﻣَﺔً ﻟِﻠﻨَّﺼْﺐِ ﻓﻲ ﺍﻷﺳْﻤَﺎﺀِ
ﺍﻟْﺨَﻤْﺴَﺔِ، ﻧَﺤُﻮَ ” ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺃَﺑَﺎﻙَ ﻭَﺃَﺧَﺎﻙَ ” ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺷْﺒَﻪَ
”.ﺫﻟِﻚَ
 Berkata penulis_rahimahullah:
“Adapun Alif menjadi alamat bagi Nashab
(hanya) pada Al Asma’ul Khamsah (Isim-
isim yang lima), contohnya: “ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺃَﺑَﺎﻙَ
ﻭَﺃَﺧَﺎﻙَ ” (Aku melihat bapakmu dan
saudaramu), dan yang semisal contoh ini.”
PENJELASAN:
��Ini adalah alamat kedua dari alamat-
alamat Nashab.
Alif menjadi tanda bahwa kalimat itu
Manshub (di Nashab) hanya pada satu
tempat saja, yaitu pada Al Asma’ul
Khamsah (Isim-isim yang lima).
�� ﺃَﺑُﻮْﻙَ – ﺃَﺧُﻮْﻙَ – ﺣَﻤُﻮْﻙَ – ﻓُﻮْﻙَ – ﺫُﻭْ ﻣَﺎﻝٍ
Al Asma’ul Khamsah adalah Isim-isim yang
lima, telah lewat contohnya dalam
keadaan Marfu’ (di Rafa’) pada bab
alamat Rafa’.
Sekarang kita berikan contoh Al Asma’ul
Khamsah dalam keadaan Manshub.
�� ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺃَﺑَﺎﻙَ ﻭَﺃَﺧَﺎﻙَ ﻭَﺣَﻤَﺎﻙَ ﻭَﻓَﺎﻙَ ﻭَﺫَﺍ ﻣَﺎﻝٍ
“Aku melihat bapakmu, saudaramu, iparmu,
mulutmu dan orang yang mempunyai
harta.”
 Perhatikanlah lima Isim diatas! Kamu
mendapatkan tanda Alif pada lima kalimat
diatas, itu adalah tanda Nashab bagi
lima Isim tersebut, Isim-isim yang lima
tersebut dinamakan Al Asma’ul Khamsah.
Berikut contoh Al Asma’ul Khamsah
dalam keadaan Manshub didalam Al
Qur’an:
. { ﻭَﺟَﺎﺀُﻭﺍ ﺃَﺑَﺎﻫُﻢْ ﻋِﺸَﺎﺀً ﻳَﺒْﻜُﻮﻥَ …}
“Kemudian mereka datang kepada ayah
mereka di sore hari sambil menangis” [QS.
Yusuf: 16]
. { ﻭَﻧَﺤْﻔَﻆُ ﺃَﺧَﺎﻧَﺎ …}
“dan kami akan dapat memelihara saudara
kami” [QS. Yusuf: 65]
. { ﻭَﺁﺕِ ﺫَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ ﺣَﻘَّﻪُ …}
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga
yang dekat akan haknya” [QS. Al Israa:
26]
 Perhatikanlah tiga ayat diatas! Kamu
mendapatkan tanda Alif pada kalimat
( ﺃَﺑَﺎﻫُﻢْ‏) , ‏( ﺃَﺧَﺎﻧَﺎ ), dan ( ﺫَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ ), semua
kalimat tersebut dalam keadaan manshub,
sedangkan tanda Nashabnya dengan Alif,
karena dia bagian dari Al Asma’ul
Khamsah.
Jadi, apa yang dituntut dari kita pada
pelajaran hari ini?
Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk
menghafal dan mengenal alamat-alamat
I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu
kalimat ketika di Nashab?
Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu
Manshub (di Nashab) maka hal ini akan
dibahas pada babnya tersendiri.
Yang terpenting bagi kita sementara ini
adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya
terlebih dahulu dan jangan kalian
terpusingkan dengan sesuatu yang belum
datang penjelasannya!
Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita
akan lanjutkan alamat ketiga dari alamat
Nashab pada pertemuan yang akan
datang insya Allah.
Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 6 Rajab 1435/ 5 Mei
2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_
Harasahallah ��].

Pelajaran ilmu nahwu bag 4

“BELAJAR ILMU NAHWU
DARI KITAB AL AJURUMIYAH” 
 (PELAJARAN KEEMPAT) 
ALAMAT FI’IL (KATA KERJA)
(bagian kedua)
�� ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
ﻭﺍﻟﻔِﻌْﻞَ ﻳُﻌْﺮَﻑُ ﺑِﻘَﺪْ، ﻭَﺍﻟﺴﻴﻦِ ”َﻑْﻮَﺳ”ﻭ ﻭَﺗَﺎﺀِ
ﺍﻟﺘﺄْﻧﻴﺚِ ﺍﻟﺴَّﺎﻛِﻨﺔ .
�� Penulis – semoga Allah merahmatinya –
berkata:
“Dan fi’il (kata kerja) dapat diketahui
dengan huruf ( ﻗَﺪْ ‏), ‏(ﺱَ ‏), ‏( ﺳَﻮْﻑَ ) dan Ta
Ta’nits sakinah (ْﺕ).”
Penjelasan:
Pada pelajaran yang lalu, telah kami
terangkan alamat fi’il yang pertama yaitu
huruf (ْﺪَﻗ). Pada pelajaran kita kali ini,
kami akan menjelaskan alamat fi’il yang
selanjutnya dari alamat-alamat fi’il yang
disebutkan oleh penulis kitab ini.
2. Huruf (ﻦْﻴِﺴﻟﺍ) dan huruf (َﻑْﻮَﺳ), dua
huruf ini berfungsi untuk menunjukan
bahwa fi’il tersebut bermakna akan
datang. Dan kedua huruf tersebut hanya
masuk kepada fi’il mudhari’ saja.
��Contoh:
{ ﺳَﺄَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﻟَﻚَ }
“aku akan memintakan ampun bagimu
” [QS. Maryam: 47]
ﻛَﻠَّﺎ ﺳَﻮْﻑَ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ
“Janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui (akibat perbuatanmu itu)
” [QS. At Takaatsur: 3]
 Kalimat (ُﺮِﻔْﻐَﺘْﺳَﺃ) dan (َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ) adalah
fi’il, karena dia dapat dimasuki oleh dua
huruf diatas.
 Catatan:
Secara asal, fi’il mudhari’ adalah suatu
fi’il yang menunjukan suatu perbuatan
yang sedang atau akan diperbuat. Hal ini
tergantung dari konteks kalimatnya.
��Contonya:
ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ ﻳَﺸْﺮَﺏُ
Kalimat diatas bisa kita artikan
“Muhamad sedang minum” atau “Muhamad
akan minum”. Boleh kedua-duanya.
Namun apabila fi’il mudhari’ dimasuki
huruf (ﻦْﻴِﺴﻟﺍ) atau huruf (َﻑْﻮَﺳ), maka
kedua huruf tersebut berfungsi untuk
menunjukan bahwa fi’il tersebut bermakna
akan datang, bukan sedang berlangsung.
��Contohnya:
ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ ﺳَﻴَﺸْﺮَﺏُ / ﺳَﻮْﻑَ ﻳَﺸْﺮَﺏُ
“Muhamad akan minum”
⛔ Tidak kita artikan “Muhamad sedang
minum”, karena masuknya dua huruf
tersebut padanya.
3. Huruf “ta’ ta’nits as sakinah” (ْﺕ),
huruf ini apabila dia masuk pada fi’il,
maka secara asalnya dia berfungsi untuk
menunjukan bahwa subyek dari fi’il (kata
kerja) tersebut adalah perempuan. Dan
alamat ini hanya masuk pada fi’il madhi
saja.
��Contoh:
ﺇِﺫْ ﻗَﺎﻟَﺖِ ﺍﻣْﺮَﺃَﺕُ ﻋِﻤْﺮَﺍﻥَ
“(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran
berkata…” [QS. Alu 'Imran:35]
 Kalimat (ْﺖَﻟﺎَﻗ) adalah fi’il, karena dia
dapat dimasuki huruf (ْﺕ).
 Catatan:
Huruh (ْﺕ) diatas, hukum asalnya adalah
disukun, namun dalam ayat ini dia
dikasrah karena adanya pertemuan dua
harakat sukun, sehingga harakat sukun
pertama dirubah menjadi kasrah.
�� ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
ﻭﺍﻟْﺤَﺮْﻑُ ﻣَﺎ ﻻَ ﻳَِِﺼْﻠُﺢُ ﻣَﻌَﻪُ ﺩَﻟِﻴﻞُ ﺍﻻِﺳْﻢِ ﻭَﻻَ ﺩَﻟِﻴﻞُ
ﺍﻟْﻔِﻌْﻞ
�� Penulis – semoga Allah merahmatinya –
berkata:
“Dan huruf adalah sesuatu – yaitu
kalimat – yang tidak bisa masuk padanya
alamat isim maupun alamat fi’il.”
Penjelasan:
Disebutkan disini oleh penulis, bahwa
“huruf” adalah suatu kalimat yang tidak
bisa menerima atau dimasuki alamat isim
maupun alamat fi’il. Jika kamu
mendapatkan suatu kalimat, dia bisa
menerima alamat ism, maka kamu hukumi
dia adalah isim. Apabila kalimat tersebut
bisa menerima alamat fi’il, maka hukumilah
bahwa dia itu adalah fi’il. Namun jika
tidak bisa menerima alamat isim ataupun
alamat fi’il maka hukumilah bahwa dia
adalah huruf.
��Contohnya:
Kata (ْﻦِﻣ) dia adalah huruf, bukan isim,
dengan bukti kalau kita masukan tanwin
atau alamat isim yg lainnya padanya
menjadi (ٌﻦِﻣ), maka tidaklah pas. Coba
kita masukan salah satu alamat fi’il (ﺪَﻗ)
atau alamat fi’il yang lainnya;
( ﻗَﺪْ ﻣِﻦْ )
maka tidaklah tepat.
Jika demikian, maka kamu hukumi kata
tersebut adalah huruf, bukan isim dan
bukan pula fi’il.
�� Latihan soal:
Tentukanlah pada soal-soal berikut ini,
mana yang termasuk ism, fi’il dan huruf!
1. ﺯَﻳْﺪٌ ﻗَﺪْ ﻳَﺠْﻠِﺲُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻜُﺮْﺳِﻲِّ .
2. ﺍﻟْﻤَﺪْﺭَﺳَﺔُ ﺟَﻤِﻠَﻴْﺔٌ .
3. ﻫِﻨْﺪٌ ﺭَﺟَﻌَﺖْ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﻌْﻬَﺪِ .
4. ﺍﻟﻤُﺪَﺭِّﺱُ ﺳَﻴَﺰُﻭْﺭُ ﺧَﺎﻟِﺪًﺍ .
5. ﺫَﻫَﺐَ ﻋَﻠِﻲٌّ ﺇِﻟَﻰ ﺑَﻴْﺖِ ﻫَﺎﺷِﻢٍ .
Demikianlah pelajaran kita hari ini, dan
semoga bisa dipahami dengan baik.
Apabila ada hal-hal yang kurang dipahami
maka hendaknya segera ditanyakan lewat
Admin, sehingga tidaklah pelajaran yang
kita lewati melainkan sudah bisa dipahami
semua.
Terus terang kami jelaskan dalam
pelajaran jurumiyah ini secara ringkas
saja. Adapun pembahasan lebih luasnya,
maka akan dipelajari pada kitab yang
lainnya.
Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran
kita berikutnya pada pertemuan yang
akan datang.
Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 12 Shafar 1435/ 15
Desember 2013_di Daarul Hadits_Al
Fiyusy_Harasahallah ��].

Pelajaran ilmu nahwu bag 3

“PELAJARAN NAHWU DARI KITAB AL
AJURUMIYAH” 
(PELAJARAN KETIGA)
ALAMAT FI’IL (KATA KERJA)
(bagian pertama)
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
ﻭﺍﻟﻔِﻌْﻞَ ﻳُﻌْﺮَﻑُ ﺑِﻘَﺪْ، ﻭَﺍﻟﺴﻴﻦِ ”َﻑْﻮَﺳ”ﻭ ﻭَﺗَﺎﺀِ
ﺍﻟﺘﺄْﻧﻴﺚِ ﺍﻟﺴَّﺎﻛِﻨﺔ .
Penulis – semoga Allah merahmatinya –
berkata:
“Dan fi’il (kata kerja) dapat diketahui
dengan huruf ( ﻗَﺪْ ‏), ‏(ﺱَ ‏), ‏( ﺳَﻮْﻑَ ) dan Ta
Ta’nits sakinah (ْﺕ).”
Penjelasan:
Setelah penulis menyebutkan alamat-
alamat ism, sekarang beranjak ke
penjelasan alamat-alamat fi’il (kata
kerja). Disini penulis menyebutkan empat
alamat untuk fi’il. Apabila kamu
mendapatkan salah satu alamat tersebut
masuk pada sebuah kata, maka ketahuilah
bahwa kata tersebut adalah fi’il.
Empat alamat tersebut adalah:
1. Huruf (ْﺪَﻗ), dia adalah alamat fi’il yang
dapat masuk pada fi’il madhi (kata kerja
lampau atau yang telah berlalu) dan juga
fi’il mudhari’ (kata kerja yang sedang
atau akan terjadi).
a. Apabila dia masuk pada fi’il madhi
maka dia memiliki dua makna:
��Bisa bermakna “tahqiq” yaitu jika kita
artikan dalam bahasa Indonesia bermakna
“sungguh”.
Contohnya:
ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ ﻗَﺪْ ﺫَﻫَﺐَ
” Muhamad sungguh telah pergi”
ﺯَﻳْﺪٌ ﻗَﺪْ ﺃَﻛَﻞَ
“Zaid sungguh telah makan”
�� Catatan:
Kita lihat pada dua jumlah atau kalimat
diatas, huruf (ْﺪَﻗ) masuk pada kata
(َﺐَﻫَﺫ) dan (َﻞَﻛَﺃ). maka ketahuilah bahwa
dua kata tersebut adalah fi’il.
��Bisa juga dia bermakna “taqrib” yaitu
jika kita artikan dalam bahasa Indonesia
bermakna “hampir”
Contohnya:
ﻗَﺪْ ﻏَﺮَﺑَﺖِ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ
“Matahari hampir terbenam”
ﻗَﺪْ ﻗَﺎﻣَﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ
“Sholat hampir ditegakkan/dilaksanakan.
�� Catatan:
Kita lihat pada dua jumlah atau kalimat
diatas, huruf (ْﺪَﻗ) masuk pada kata
(ْﺖَﺑَﺮَﻏ) dan (ْﺖَﻣﺎَﻗ). maka ketahuilah
bahwa dua kata tersebut adalah fi’il.
Berikut contoh dalam Al Quran:
{ ﻗَﺪْ :ﻥﻮﻨﻣﺆﻤﻟﺍ {َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ َﺢَﻠْﻓَﺃ 1
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang
yang beriman”
b. Apabila dia masuk pada fi’il mudhari’
maka dia juga memiliki dua makna:
��Bisa bermakna “taktsir” yaitu jika kita
artikan dalam bahasa Indonesia bermakna
“sering atau banyak”.
Contohnya:
ﻗَﺪْ ﻳَﻨْﺠَﺢُ ﺍﻟْﻤُﺠْﺘَﻬِﺪُ
“Banyak orang yang giat itu berhasil”
��Bisa juga bermakna “taqlil” yaitu jika
kita artikan dalam bahasa Indonesia
bermakna “jarang atau sedikit”.
Contohnya:
ﻗَﺪْ ﻳَﺼْﺪُﻕُ ﺍﻟْﻜَﺬُﻭْﺏُ
“Jarang orang pendusta itu berkata
jujur”
Kita lihat pada dua jumlah atau kalimat
diatas, huruf (ْﺪَﻗ) masuk pada kata
(ُﺢَﺠْﻨَﻳ) dan (ُﻕُﺪْﺼَﻳ),maka ketahuilah bahwa
dua kata tersebut adalah fi’il.
⛔ Perhatian:
Huruf (ْﺪَﻗ) terkadang apabila masuk
kedalam fi’il mudhari’ maka bermakna
“tahqiq” yaitu jika kita artikan dalam
bahasa Indonesia bermakna “sungguh”.
Contohnya:
{ ﻗَﺪْ ﻧَﺮَﻯ ﺗَﻘَﻠُّﺐَ ﻭَﺟْﻬِﻚَ ﻓِﻲ {ﺀﺎَﻤَّﺴﻟﺍ :ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ
144
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit”
Demikianlah pelajaran kita yang ketiga.
Dan insya Allah kita akan lanjutkan
alamat-alamat fi’il yang berikutnya pada
pertemuan yang akan datang. Wallahu
a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 7 Shafar 1435/ 10
Desember 2013_di Daarul Hadits_Al
Fiyusy_H arasahallah ��].

Pelajaran ilmu nahwu bag 1


”PELAJARAN NAHWU DARI KITAB AL
AJURUMIYAH”
��(PELAJARAN PERTAMA)��
�� DEFINISI KALIMAT
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
:ُﻡﻼﻜﻟﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻔﻆُ ﺍﻟﻤُﺮَﻛَّﺐُ ﺍﻟﻤُﻔﻴﺪُ ﺑﺎﻟﻮَﺿْﻊ .
Penulis – semoga Allah merahmatinya –
berkata:
“Kalam adalah suatu susunan lafazh yang
diletakan (oleh orang arab) yang dapat
memberikan faedah (yaitu dapat
dipahami).”
 Penjelasan:
Penulis memulai kitabnya dengan
mendefinisikan kalam (kalam dalam bahasa
Indonesia artinya kalimat), karena tujuan
dari ilmu nahwu adalah agar kalimat yang
kita ucapkan menjadi benar.
��Definisi kalam adalah: Suatu susunan
lafazh yang diletakan oleh orang arab
yang dapat memberikan faedah (yaitu
dapat dipahami).
Pada susunan kalimat bahasa arab harus
terkumpul padanya empat perkara:
��Lafazh, yaitu suara yang terkandung
padanya sebagian huruf-huruf hijaiyah.
Adapun tulisan atau isyarat, tidaklah
dikatagorikan kalam menurut ahli ilmu
nahwu.
��Murakkab, yaitu tersusun dari dua kata
atau lebih. Jika hanya satu kata saja
maka tidak disebut kalam.
��Mufid, yaitu ketika diucapkan maka
orang yang mendengarnya dapat
memahami perkataannya.
��Bil wadh’i, yaitu kata-kata yang
diucapkan adalah bahasa arab.
Contoh:
Susunan kalam dalam bahasa arab
terkadang tersusun dari:
��Ism dan ism, contonya:
ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ ﻣُﻬَﻨْﺪِﺱٌ
“Muhamad seorang insinyur.”
��Ism dan fi’il atau fi’il dan ism,
contonya:
ﻋُﻤَﺮُ ﻳَﻨَﺎﻡُ
“Umar sedang tidur.”
ﻛَﺘَﺐَ ﺣَﺎﻣِﺪٌ ﺍﻟﺪَّﺭْﺱَ
“Hamid telah menulis pelajaran.”
Ism, fi’il dan huruh, contonya:
ﺯَﻳْﺪٌ ﺫَﻫَﺐَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺪْﺭَﺳَﺔِ
Zaid pergi ke sekolah.
�� Perhatian:
Dalam pelajaran kita ini, kita harus
perhatikan istilah-istilah yang dipakai
dalam ilmu nahwu, sehingga tidak
tercampur dengan istilah yang terdapat
dalam bahasa kita yaitu bahasa
Indonesia, seperti istilah;
“kalam” maka yang dimaksud dalam bahasa
Indonesia adalah kalimat.
“kalimat” maka yang yang dimaksud dalam
bahasa Indonesia adalah kata.
�� MACAM_MACAM KALIMAT
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
ﻭﺃﻗﺴﺎﻣُﻪ :ﺔﺛﻼﺛ ﺍِﺳﻢٌ، ﻭﻓﻌﻞٌ، ﻭﺣَﺮﻑٌ .ﻟﻤَﻌﻨﻰ
ﺟﺎﺀَ
Penulis – semoga Allah merahmatinya –
berkata:
“Macamnya ada tiga; Ism (kata benda,
mencakup benda hidup dan benda mati),
Fi’il (kata kerja) dan Huruf yang untuk
suatu makna.”
 Penjelasan:
Disini penulis menjelaskan bahwa kalimat-
kalimat yang diucapkan orang arab
tidaklah keluar susunannya dari tiga hal
ini; Ism, fi’il, dan huruf.
Sebagaimana yang telah kita contohkan
sebelumnya.
ﺫَﻫَﺐَ ﺯَﻳْﺪٌ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺪْﺭَﺳَﺔِ
Lafazh (َﺐَﻫَﺫ) ini adalah fi’il (kata
kerja), lafazh (ٌﺪْﻳَﺯ) adalah Ism (kata
benda yaitu benda hidup), lafazh (ﻰَﻟِﺇ)
adalah huruf (dalam istilah bahsa arab),
dan lafazh (ِﺔَﺳَﺭْﺪَﻤْﻟﺍ) adalah ism (kata
benda yaitu benda mati).
��Definisi dari tiga hal diatas:
��Ism adalah suatu kata yang menunjukan
suatu makna pada dirinya dan dia tidak
terikat dengan waktu.
Contoh: lafazh zaid (ٌﺪْﻳَﺯ), madrasah
(ٌﺔَﺳَﺭْﺪَﻣ), muhandisun (ٌﺱِﺪْﻨَﻬُﻣ).
��Fi’il adalah kata yang menunjukan suatu
makna pada dirinya, namun dia terikat
dengan waktu, yaitu terkadang bermakna
lampau dan terkadang bermakna “sedang”
atau “akan”.
Contohnya: lafazh sudah makan (َﻞَﻛَﺃ),
sedang makan (ُﻞُﻛْﺄَﻳ), telah pergi (َﺐَﻫَﺫ),
sedang pergi (ُﺐَﻫْﺬَﻳ).
��Huruf adalah suatu kata yang akan
tampak sempurna maknanya apabila
disambung atau digabungkan dengan kata
benda atau kata kerja.
Seperti huruf (ﻰَﻟِﺇ) artinya “ke” dan
huruf (ْﻢَﻟ) artinya “belum”, tidaklah
tampak sempurna maknanya sampai dia
disambung atau digabungkan dengan kata
yang lainnya, baik itu kata benda atau
kata kerja.
Contohnya:
ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ
“ke masjid”
ﻟَﻢْ ﻳَﺮْﺟِﻊْ
“belum pulang”
�� Peringatan:
Perkataan penulis:
“ ﻭﺣَﺮﻑٌ ﺟﺎﺀَ ﻟﻤَﻌﻨﻰ ”
“dan huruf yang datang untuk suatu
makna”
Kalimat ini mengeluarkan huruf-huruf yang
tidak memiliki makna pada dirinya, seperti
huruf-huruf hijaiyah. Huruf-huruf
hijaiyah tidak masuk dalam pembahasan
kita.
��Contoh-contoh:
Ism: ( ﺧَﺎﻟِﺪٌ‏), ‏( ﺣِﺼَﺎﻥٌ‏) , ‏(ﺷَﺠَﺮَﺓٌ‏) , ‏(ﺃَﺭْﺽٌ ‏),
‏( ) ﻛِﺘَﺎﺏٌ
Fi’il: ( ﺭَﺟَﻊَ‏), ‏( ﻳَﺮْﺟِﻊُ ‏), ‏(ﻗَﺮَﺃَ ‏), ‏( ﻳَﻘْﺮَﺃُ‏) , ‏(ﻓَﺘَﺢَ ‏).
‏( ﻳَﻔْﺘَﺢُ )
Huruf: ( ﻣِﻦْ‏) , ‏(ﻫَﻞْ ‏), ‏(ﻗَﺪْ ‏), ‏( ﻟَﺎ‏), ‏( ﻓِﻲ ).
✏ Bagaimana kita membedakan bahwa ini
“ism” (kata benda) dan ini “fi’il” (kata
kerja)?
Semua ini akan datang penjelasannya
pada pelajaran-pelajaran berikutnya.
 Demikianlah pelajaran kita yang
pertama. Dan insya Allah kita akan
lanjutkan pada pertemuan berikutnya.
Wallahu a’lam bish shawab.
✏ [ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy_30 muharrom 1435/ Des 3
2013_di darul Hadits Al Fiyusy_
Harasahallah]

Pelajaran ilmu nahwu bag 2

“BELAJAR ILMU NAHWU DARI KITAB
AL AJURUMIYAH” 
(PELAJARAN KEDUA)
�� ALAMAT ISM (KATA BENDA)
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
ﻓﺎﻻﺳﻢ :ُﻑَﺮﻌُﻳ ﺑﺎﻟﺨَﻔﺾِ، ﻭﺍﻟﺘﻨﻮﻳﻦِ، ﻭﺩﺧﻮﻝِ ﺍﻷﻟﻒ
ﻭﺍﻟﻼﻡ، ﻭﺣﺮﻭﻑِ ,ِﺾﻔَﺨﻟﺍ :ﻲﻫﻭ ﻣِﻦ، ﻭﺇﻟﻰ،
ﻭﻋَﻦ، ,ﻲِﻓﻭ ،ﻰﻠﻋﻭ ﻭﺭُﺏَّ، ﻭﺍﻟﺒﺎﺀُ، ﻭﺍﻟﻜﺎﻑُ،
ﻭﺍﻟﻼﻡُ، ﻭﺣﺮﻭﻑِ ﺍﻟﻘَﺴَﻢ :ﻲﻫﻭ ﺍﻟﻮﺍﻭ، ﻭﺍﻟﺒﺎﺀ،
.ﻭﺍﻟﺘﺎﺀ
�� Penulis – semoga Allah merahmatinya –
berkata:
“Ism dapat diketahui dengan khafdhu
(tanda kasrah atau yang
menggantikannya), tanwin, bisa masuk
padanya alif dan lam dan huruh-huruh
khafdhu serti; min, ila, ‘an, ‘ala, fi,
rubba, ba, kaf, lam, dan huruf untuk
bersumpah seperti; wawu, ba, ta.”
�� Penjelasan:
Setelah penulis menyebutkan bagian-
bagian kalam, yang mana kalam itu
tersusun dari ism, fi’il, dan huruf, maka
beliau memulai menjelaskan alamat-alamat
dari tiga hal tersebut. Dengan kita
mengetahui alamat masing-masingnya, kita
bisa menentukan suatu kata, apakah dia
katagori ism atau fi’il atau huruf.
��Ism (kata benda), dia memilki empat
alamat;
1. Al Khafdhu adalah tanda harakat
kasrah atau yang menggantikannya
(sebagaimana akan datang penjelasannya
secara tersendiri). Alamat tersebut
terdapat pada huruf akhir kata (bukan
didepan atau ditengah) contohnya:
�� ﻣِﻦْ ﺧﺎﻟﺪٍ ﻭَﺣَﺎﻣﺪٍ .
�� ﻋَﻠَﻰ ﻣﻜﺘﺒﺔٍ ﻭَﻛُﺮْﺳِﻲٍّ، ﻭﺣِﻤَﺎﺭٍ، ﻭَﺟَﻤَﻞٍ .
Semua kata-kata dia atas ( ﺧﺎﻟﺪٍ ﻭَﺣَﺎﻣﺪٍ‏)
‏( ﻣﻜﺘﺒﺔٍ، ﻭَﻛُﺮْﺳِﻲٍّ، ﻭﺣِﻤَﺎﺭٍ، ﻭَﺟَﻤَﻞٍ ) adalah ism,
karena bisa menerima harakat kasrah pada
huruf akhirnya.
Contoh dalam Al Qur’an:
ﺑﺴﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦِ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢِ
Empat kata tersebut adalah ism.
2. Tanda tanwin pada akhir kata, baik
dia fathatain (ً ), atau dhammatain (ٌ )
atau kasratain ( :aynotnoc ,) ٍ
ﻋﻤﺎﺭٌ، ﻧﺎﻗﺔٌ، ﺑﻴﺖٌ، ﻓﺮﺍﺵٌ
Contoh dalam Al Qur’an:
{ ﻭَﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻗِﻄَﻊٌ ﻣُﺘَﺠَﺎﻭِﺭَﺍﺕٌ ﻭَﺟَﻨَّﺎﺕٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻋْﻨَﺎﺏٍ
ﻭَﺯَﺭْﻉٌ ﻭَﻧَﺨِﻴﻞٌ ﺻِﻨْﻮَﺍﻥٌ ﻭَﻏَﻴْﺮُ ﺻِﻨْﻮَﺍﻥٍ ﻳُﺴْﻘَﻰ ﺑِﻤَﺎﺀٍ
ﻭَﺍﺣِﺪٍ { :ﺪﻋﺮﻟﺍ 3
Kata-kata: ( ﻗِﻄَﻊٌ‏) , ‏( ﻣُﺘَﺠَﺎﻭِﺭَﺍﺕٌ‏), ‏( ﻭَﺟَﻨَّﺎﺕٌ‏) ,
‏(ﺃَﻋْﻨَﺎﺏٍ ‏), ‏( ﻭَﺯَﺭْﻉٌ ‏), ‏(ﻭَﻧَﺨِﻴﻞٌ ‏), ‏( ﺻِﻨْﻮَﺍﻥٌ‏) ,‏( ﺻِﻨْﻮَﺍﻥٍ ‏),
‏( ﺑِﻤَﺎﺀٍ ‏), ‏( ﻭَﺍﺣِﺪٍ )
semua adalah ism. Karena bisa menerima
tanda tanwin.
3. Bisa masuk padanya alif dan lam pada
awal kata, contohnya:
ﺍﻟﺤﺎﺭﺙُ، ﺍﻟﺪﻳﻚُ، ﺍﻟﺸﺠﺮﺓُ، ﺍﻟﺤﻴﺎﺀُ
Contoh dalam Al Qur’an:
{ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ { :ﺔﺤﺗﺎﻔﻟﺍ 2
⛔ Peringatan:
Alif dan lam menjadi alamat bagi ism
adalah dengan syarat keduanya bukan
huruf asli kata tersebut, karena jika
kedua huruf asli kata tersebut maka dia
buka alamat isim, seperti:
ﺃﻟْﻘَﻰ، ﺃَﻟْﺰَﻡَ، ﺃﻟْﻌَﻖَ، ﺃَﻟْﻐَﻰ
Empat kata ini bukanlah ism, karena alif
dan lam pada awal katanya adalah huruf
asli kata tersebut. Empat kata diatas
adalah fi’il. Akan datang pada pelajaran
berikutnya tetang alamat-alamat fi’il.
4. Menerima huruh-huruf Al Khafdhu,
yaitu huruf-huruf yang apabila masuk ke
dalam ism, maka mengakibatkan ism
tersebut harakatnya menjadi kasrah atau
yang menggantikannya, contoh:
ﺧَﺎﻟِﺪٌ ﻓِﻲْ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ
“Khalid didalam rumah”
- Lafazh (ٌﺪِﻟﺎَﺧ) adalah ism, karena dia
menerima tanda tanwin.
- Lafazh (ِﺖْﻴَﺒْﻟﺍ) adalah ism, karena bisa
menerima huruf khafdhu yaitu (ْﻲِﻓ) dan
juga bisa menerima tanda kasrah serta
masuknya huruf alif dan lam. Sehingga
terkumpul pada lafazh (ِﺖْﻴَﺒْﻟﺍ) tiga alamat
ism.
ﺍﻷُﺳْﺘَﺎﺫُ ﺫَﻫَﺐَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ
“Ustadz telah pergi ke masjid”
- Lafazh (ُﺫﺎَﺘْﺳُﻷﺍ) adalah ism, karena bisa
masuk padanya alif dan lam.
- Lafazh (ِﺪِﺠْﺴَﻤْﻟﺍ) adalah ism, karena
bisa menerima huruf khafdh yaitu (ﻰَﻟِﺇ)
dan juga bisa menerima tanda kasrah
serta masuknya huruf Alif dan Lam.
Sehingga terkumpul pada lafazh (ِﺪِﺠْﺴَﻤْﻟﺍ)
tiga alamat ism.
�� Catatan:
Dari empat alamat ism diatas maka kita
dapat simpulkan menjadi dua hal:
a. Dua alamat masuk pada akhir ism,
yaitu Al Khafdhu dan tanwin.
b. Dua alamat masuk pada awal ism, yaitu
masuknya alif dan lam dan masuknya
huruf Al Khafdhu.
Demikianlah pelajaran kita kali, dan insya
Allah kita akan lanjutkan kembali pada
pertemuan berikutnya.
Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 4 Muharam 1435/ 7
Desember 2013_di Daarul Hadits_Al
Fiyusy_Harasahallah ��].

Pelajaran nahwu bag 9

“BELAJAR ILMU NAHWU
DARI KITAB AL AJURUMIYAH” 
�� (PELAJARAN KESEMBILAN) ��
✒ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
“ ﻭﺃﻣَّﺎ ﺍﻟْﻮَﺍﻭُ ﻓَﺘَﻜﻮﻥُ ﻋَﻼَﻣَﺔً ﻟِﻠﺮَّﻓْﻊِ ﻓﻲ :ﻦْﻴَﻌﺿْﻮَﻣ
ﻓﻲ ﺟَﻤْﻊ ﺍﻟﻤﺬﻛَّﺮ ﺍﻟﺴَّﺎﻟﻢ ﻭﻓﻲ ﺍﻷَْﺳْﻤَﺎﺀِ
:َﻲِﻫَﻭ ،ِﺔَﺴْﻤَﺨْﻟﺍ ﺃَﺑُﻮﻙَ، ﻭﺃَﺧﻮﻙَ، ﻭﺣَﻤُﻮﻙَ، ﻭﻓُﻮﻙَ،
ﻭﺫﻭ ﻣَﺎﻝ ”
✒ Berkata penulis_rahimahullah:
“Adapun Wawu menjadi alamat rafa’ pada
dua tempat: jamak mudzakkar salim dan
al asma’ al khamsah, yaitu: ( ﺃَﺑُﻮﻙَ ‏), ‏(ﺃَﺧﻮﻙَ ‏)
, ‏(ﺣَﻤُﻮﻙَ ‏), ‏( ﻓُﻮﻙَ ) dan ( ﺫُﻭ ﻣَﺎﻝ ).”
�� PENJELASAN:
Pada pelajaran kali ini, kita akan
membahas alamat kedua dari alamat rafa,
yaitu wawu.
�� Kalimat apa saja yang tanda rafa’nya
dengan wawu?
Dikatakan oleh penulis bahwa wawu
menjadi tanda atau alamat rafa’ pada
dua tempat:
1. Jamak Mudzakkar Salim;
��Definisinya adalah setiap isim yang
menunjukan atas tiga buah/orang atau
lebih dari itu, dengan adanya
penambahan huruf wawu dan nun atau ya
dan nun pada bentuk mufradnya.
�� Contonya:
�� ﻣُﻬَﻨْﺪِﺱٌ – ﻣُﻬَﻨْﺪِﺳُﻮْﻥَ / ﻣُﻬَﻨْﺪِﺳِﻴْﻦَ
Kalimat (ٌﺱِﺪْﻨَﻬُﻣ) artinya seorang
insinyur, dia adalah isim mufrad.
Sedangkan kalimat ( ﻣُﻬَﻨْﺪِﺳُﻮْﻥَ / ﻣُﻬَﻨْﺪِﺳِﻴْﻦَ )
artinya para insinyur, dia adalah jamak
mudzakkar salim.
�� Kalimat asalnya:
�� ﻣُﻬَﻨْﺪِﺱٌ + ﻭﻥ = ﻣُﻬَﻨْﺪِﺳُﻮْﻥَ
�� ﻣُﻬَﻨْﺪِﺱٌ + ﻳﻦ = ﻣُﻬَﻨْﺪِﺳِﻴْﻦَ
�� Huruf wawu (ﻭ) pada kalimat
(َﻥْﻮُﺳِﺪْﻨَﻬُﻣ) adalah alamat rafa’ pada
jamak mudzakkar salim. Adapun huruf ya
(ﻱ) pada kalimat (َﻦْﻴِﺳِﺪْﻨَﻬُﻣ) akan
dibahas pada alamat-alamat nashab dan
khafadh insya Allah.
�� Contoh:
ﺟَﺎﺀَ ﺍﻟْﻤُﻬَﻨْﺪِﺳُﻮْﻥَ
“Para insinyur itu telah datang “
�� Kalimat (َﻥْﻮُﺳِﺪْﻨَﻬُﻤْﻟﺍ) dia kedudukannya
disini sebagai fa’il (subyek), sedangkan
fa’il selalu marfu’, alamat rafa’nya
dengan wawu karena dia jamak mudzakkar
salim.
2. Al Asma’ Al Khamsah:
Disebutkan oleh penulis, dia ada lima:
- ﺃَﺑُﻮْﻙَ
- ﺃَﺧُﻮْﻙَ
- ﺣَﻤُﻮْﻙَ
- ﻓُﻮْﻙَ
- ﺫُﻭْ ﻣَﺎﻝٍ
�� Huruf wawu pada lima kalimat diatas
adalah alamat rafa’ pada al asma’ al
khamsah.
�� Contoh:
ﺣَﻀَﺮَ ﺃَﺑُﻮْﻙَ
“Bapakmu telah hadir “
�� Kalimat (َﻙْﻮُﺑَﺃ) dia kedudukannya disini
sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il
selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan
wawu karena dia al asma’ al khamsah.
ﻧَﺠَﺢَ ﺃَﺧُﻮْﻙَ
“Saudara laki-lakimu telah berhasil”
�� Kalimat (َﻙْﻮُﺧَﺃ) dia kedudukannya disini
sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il
selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan
wawu karena dia al asma’ al khamsah.
�� Demikianlah pelajaran kita hari ini.
Kita akan lanjutkan alamat ketiga dari
alamat rafa’ pada pertemuan yang akan
datang insya Allah.
Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 28 Shafar 1435/ 31
Desember 2013_di Daarul Hadits_Al
Fiyusy_Harasahallah ��].

Belajar nahwu 13

BELAJAR ILMU NAHWU
DARI KITAB AL AJURUMIYAH
��Pelajaran Ketigabelas��
��ALAMAT NASHAB SUATU KALIMAT 
 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
“ ﻭﻟِﻠﻨَّﺼﺐِ ﺧَﻤْﺲُ ﻋَﻼَﻣَﺎﺕٍ ﺍﻟْﻔَﺘْﺤَﺔُ، ﻭَﺍﻷَﻟِﻒُ،
ﻭَﺍﻟﻜَﺴْﺮَﺓُ، ﻭَﺍﻟﻴَﺎﺀُ، ﻭَﺣَﺬْﻑُ ﺍﻟﻨُّﻮﻥِ .”
 Berkata penulis_rahimahullah:
“Nashab, ia memiliki lima alamat: Fathah,
Huruf Alif, Kasrah, Huruf Ya dan
Hadzfun Nun (membuang Huruf Nun)”
PENJELASAN:
Ini adalah jenis kedua dari macam-macam
I’rab.
Nashab, ia memiliki lima alamat.
Dikedapankan Fathah disini karena dia
adalah alamat asli dari alamat Nashab,
sedangkan yang lainnya adalah cabangnya.
Kalian bisa menentukan bahwa suatu
kalimat itu manshub (dinashab) apabila
kalian mendapatkan salah satu dari lima
alamat ini pada akhir kalimat tersebut.
~~**~~
 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
“ ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﺍﻟﻔَﺘْﺤَﺔُ ﻓَﺘَﻜُﻮﻥُ ﻋَﻼَﻣَﺔ ﻟِﻠﻨَّﺼْﺐِ ﻓﻲ ﺛَﻼُﺛَﺔِ
:َﻊِﺿﺍَﻮَﻣ ﻓِﻲ ﺍﻻِﺳْﻢِ ﺍﻟْﻤُﻔْﺮَﺩِ، ﻭَﺟَﻤْﻊِ ﺍﻟﺘَّﻜْﺴِﻴﺮِ
ﻭَﺍﻟْﻔِﻌْﻞِ ﺍﻟْﻤُﻀَﺎﺭِﻉِ ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻞَ ﻋِﻠَﻴْﻪِ ﻧَﺎﺻِﺐٌ، ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺘَّﺼِﻞُ
ﺑِﺂﺧِﺮِﻩِ ﺷَﻲْﺀٌ “
 Berkata penulis_rahimahullah:
“Adapun Fathah menjadi alamat bagi
Nashab ada pada tiga tempat; pada Isim
Mufrad, Jamak Taksir dan Fi’il Mudhari’
yang masuk padanya ‘Aamil yang
menashabkan dan (Fi’il Mudhari’
tersebut) tidak bersambung di akhirnya
sesuatupun.”
PENJELASAN:
Alamat pertama dari alamat-alamat
Nashab adalah Fathah.
Fathah menjadi tanda bahwa kalimat itu
Manshub (dinashab) ada pada tiga
tempat;
. Pada Isim Mufrad (kata benda
tunggal).
Definisi Isim Mufrad telah lewat
penyebutannya pada bab alamat-alamat
Rafa’.
��Contoh Isim Mufrad yang Manshub:
- ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺧَﺎﻟِﺪًﺍ .
“Saya melihat Khalid.”
- ﺿَﺮَﺏَ ﺣَﺎﻣِﺪٌ ﺣَﺠَﺮًﺍ .
“Hamid memukul batu.”
- ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﻣِﺬْﻳَﺎﻋًﺎ .
“Saya mendengar radio.”
- ﺃَﺧَﺬَﺕْ ﻓَﺎﻃِﻤَﺔُ ﻣِﻤْﺴَﺤَﺔً .
“Fathimah mengambil penghapus.”
�� Perhatikan empat contoh diatas!
kalian dapatkan pada kalimat ( ﺧَﺎﻟِﺪًﺍ ‏),
‏(ﺣَﺠَﺮًﺍ ‏), ‏( ﻣِﺬْﻳَﺎﻋًﺎ ), dan (ًﺔَﺤَﺴْﻤِﻣ) semuanya
dinashab dengan Fathah, karena semuanya
Isim Mufrad. Tanda Fathah pada empat
kalimat diatas semuanya zhahirah
(tampak). Adapun apabila Isim Mufrad
tersebut berbentuk Isim Maqshur, yaitu
Isim yang huruf akhirnya Alif Maqshurah
(Alif bengkok), maka tanda Fathah pada
Isim tersebut Muqaddarah (tidak
tampak), contohnya:
- ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺍﻟْﻔَﺘَﻰ .
“Aku melihat anak muda itu.”
- ﻟَﻘِﻴَﺖْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔُ ﻟَﻴْﻠَﻰ .
“‘Aisyah berjumpa (dengan) Laila.”
�� Perhatikan dua contoh diatas! Kalian
dapatkan pada kalimat (ﻰَﺘَﻔْﻟﺍ) dan
(ﻰَﻠْﻴَﻟ) semuanya dinashab dengan Fathah,
hanya saja dia tidak tampak pada huruf
akhirnya, itu disebabkan karena dia Isim
Mufrad yang huruf akhirnya Alif
Maqshurah (Alif bengkok).
. Pada Jamak Taksir.
Definisi Jamak Taksir telah lewat
penyebutannya pula pada bab alamat-
alamat Rafa’.
��Contoh Jamak Taksir yang Manshub:
- ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺍﻟﻄُّﻠَّﺎﺏَ .
“Aku melihat para pelajar.”
- ﺿَﺮَﺏَ ﺍﻟْﺄَﻭْﻟَﺎﺩُ ﺍﻟْﻜِﻠَﺎﺏَ .
“Anak-anak itu memukul anjing-anjing.”
- ﺃَﺧَﺬَﺕْ ﺧَﺪِﻳْﺠَﺔُ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺑِﺲَ .
“Khadijah mengambil pakaian-pakaian.”
- ﺭَﻣَﻴْﺖُ ﺃَﺣْﺠَﺎﺭًﺍ .
“Aku melempar batu-batu.”
�� Perhatikan empat contoh diatas!
kalian dapatkan pada kalimat ( ﺍﻟﻄُّﻠَّﺎﺏَ ‏),
‏( ﺍﻟْﻜِﻠَﺎﺏَ‏), ‏( ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺑِﺲَ ), dan (ﺍًﺭﺎَﺠْﺣَﺃ) semuanya
dinashab dengan Fathah, karena semuanya
Jamak Taksir. Tanda Fathah pada empat
kalimat diatas semuanya zhahirah
(tampak). Adapun apabila Jamak Taksir
tersebut berbentuk Isim Maqshur, yaitu
Isim yang huruf akhirnya Alif Maqshurah
(Alif bengkok), maka tanda Fathah pada
Isim tersebut Muqaddarah (tidak
tampak) seperti pada Isim Mufrad,
contohnya:
- ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺳُﻜَﺎﺭَﻯ .
“Aku melihat para pemabuk.”
- ﻟَﻘِﻴَﺖْ ﺯَﻳْﻨَﺐُ ﺍﻟْﺄَﻳَﺎﻣَﻰ .
“Zainab berjumpa (dengan) para janda.”
�� Perhatikan dua contoh diatas! Kalian
dapatkan pada kalimat (ﻯَﺭﺎَﻜُﺳ) dan
(ﻰَﻣﺎَﻳَﺄْﻟﺍ) semuanya dinashab dengan
Fathah, hanya saja dia tidak tampak
pada huruf akhirnya, itu disebabkan
karena dia Jamak Taksir yang huruf
akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok).
. Fi’il Mudhari’ yang masuk padanya
‘Aamil yang menashabkan dan tidak
bersambung di akhirnya sesuatupun.
Maksud dari “tidak bersambung di
akhirnya sesuatupun” adalah dia bukan
termasuk dalam Al Af’al Al Khamsah –
telah lewat definisinya – dan tidak pula
bersambung dengan Nun taukid dan juga
Nun Niswah.”
��Contoh Fi’il Mudhari’ yang Manshub:
- ﻣُﺤَﻤَّﺪُ ﻟَﻦْ ﻳَﺬْﻫَﺐَ .
“Muhamad tidak akan pergi.”
- ﺃُﺭِﻳْﺪُ ﺃَﻥْ ﺃَﺟْﻠِﺲَ .
“Saya ingin duduk.”
- ﺍﻟْﻜَﺴْﻠَﺎﻥُ ﻟَﻦْ ﻳَﻨْﺠَﺢَ .
“Orang yang malas tidak akan berhasil.”
�� Perhatikan tiga contoh diatas! kalian
dapatkan pada kalimat ( ﻳَﺬْﻫَﺐَ‏) , ‏(ﺃَﺟْﻠِﺲَ ),
dan (َﺢَﺠْﻨَﻳ) semuanya dinashab dengan
Fathah, karena semuanya Fi’il Mudhari’
yang masuk padanya ‘Aamil yang
menashabkan dan tidak bersambung di
akhirnya sesuatupun. Tanda Fathah pada
tiga kalimat diatas semuanya zhahirah
(tampak). Adapun apabila Fi’il Mudhari’
tersebut berbentuk Fi’il Maqshur, yaitu
Fi’il yang huruf akhirnya Alif bengkok,
maka tanda Fathah pada Fi’il Mudhari’
tersebut Muqaddarah (tidak tampak),
contohnya:
- ﺃُﺭِﻳْﺪُ ﺃَﻥْ ﺗَﺴْﻌَﻰ .
“Saya ingin kamu berusaha.”
- ﺃَﺑُﻮْﻙَ ﻟَﻦْ ﻳَﺮْﺿَﻰ .
“Ayahmu tidak akan ridha.”
�� Perhatikan dua contoh diatas! Kalian
dapatkan pada kalimat (ﻰَﻌْﺴَﺗ) dan
(ﻰَﺿْﺮَﻳ) semuanya dinashab dengan
Fathah, hanya saja dia tidak tampak
pada huruf akhirnya, itu disebabkan
karena dia Fi’il Mudhari’ yang huruf
akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok).
 PERHATIAN:
Semua harakat, baik Dhammah, Fathah
atau Kasrah pada Isim atau Fi’il yang
huruf akhirnya Alif Maqshurah, maka
harakatnya Muqaddarah (tidak tampak).
 ISTILAH DAN KOSAKATA BARU:
��a. Hadzfun Nun: membuang Huruf Nun.
��b. Manshub: dinashab.
��c. Fi’il Mudhari’: kata kerja kini atau
nanti.
��d. Alif Maqshurah: Alif bengkok.
��e. Naashib: ‘Aamil yang menashabkan.
Akan datang pembahasannya pada
babnya.
��f. Nun Taukid: Nun Penegasan, yaitu
huruf Nun Tasydid atau sukun yang
melekat dibelakang Fi’il Mudhari’ dan
berfungsi untuk menegaskan atau
memperkuat maknanya. Insya Allah akan
dijelaskan di lain kesempatan.
��g. Nun Niswah: Dhamir (kata ganti)
perempuan jamak. Akan datang
pembahasannya pada babnya.
 Istilah-istilah diatas terkadang akan
terulang kembali, sehingga kita harus bisa
menghafal makna istilah-istilah tersebut.
Jadi, apa yang dituntut dari kita pada
pelajaran hari ini?
��Kita dituntut oleh penulis kitab ini
untuk menghafal dan mengenal alamat-
alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab
suatu kalimat ketika dinashab?!
Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu
Manshub (dinashab) maka hal ini akan
dibahas pada babnya tersendiri.
Yang terpenting bagi kita sementara ini
adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya
terlebih dahulu dan jangan kalian
terpusingkan dengan sesuatu yang belum
datang penjelasannya!
Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita
akan lanjutkan alamat kedua dari alamat
Nashab pada pertemuan yang akan
datang insya Allah.
Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 28 Jumadats Tsaniyah
1435/ 28 April 2014_di Daarul Hadits_Al
Fiyusy_Harasahallah ��].

Rabu, 21 Mei 2014

BELAJAR NAHWU bag 12

BELAJAR ILMU NAHWU
DARI KITAB AL AJURUMIYAH
��KUNCI JAWABAN
LATIHAN SOAL PELAJARAN KEDUABELAS
�� A:
. Alamat-alamat I’rab yang dimiliki Rafa’
adalah Dhammah, Wawu, Alif dan Nun.
. Kalimat yang dirafa’ dengan Dhammah
adalah Isim Mufrad, Jamak Taksir, Jamak
Muannats Salim dan Fi’il Mudhari’ yang
tidak bersambung huruf akhirnya dengan
sesuatu apapun.
. Kalimat yang dirafa’ dengan Nun
adalahb Fi’il Mudhari’ yang bersambung
dengan Dhammir Tatsniyah, Dhamir Jamak
dan Dhammir Muannats Mukhatabah.
. Jamak Taksir adalah Isim yang
menunjukan atas tiga atau lebih, baik dia
Mudzakar maupun Muannats, yang mana
dia telah mengalami perubahan bentuk
pada susunan aslinya, baik perubahannya
pada susunan hurufnya maupun
harakatnya.
. Jamak Muannats Salim adalah Isim
Mufrad yang dijadikam Jamak (lebih dari
dua) dengan ditambah huruf Alif dan Ta
pada akhir kalimat.
�� B:
. Perubahan Isim Mufrad menjadi Jamak
Muannats Salim:
- ﻣُﺸْﺮِﻛَﺔٌ + ﺍﺕ = ﻣُﺸْﺮِﻛَﺎﺕٌ
- ﻣُﺘَﺼَﺪِّﻗَﺔٌ + ﺍﺕ = ﻣُﺘَﺼَﺪِّﻗَﺎﺕٌ
. Perubahan Isim Mufrad menjadi
Mutsanna:
- ﻗَﻠَﻢٌ + ﺍﻥِ = ﻗَﻠَﻤَﺎﻥِ / ﻗَﻠَﻢٌ + ﻳْﻦِ = ﻗَﻠَﻤَﻴْﻦِ
- ﺩَﻓْﺘَﺮٌ + ﺍﻥِ = ﺩَﻓْﺘَﺮَﺍﻥِ / ﺩَﻓْﺘَﺮٌ + ﻳْﻦِ = ﺩَﻓْﺘَﺮَﻳْﻦِ
. Perubahan Isim Mufrad menjadi Jamak
Mudzakkar Salim:
- ﻣُﻨَﺎﻓِﻖٌ + ﻭْﻥَ = ﻣُﻨَﺎﻓِﻘُﻮْﻥَ / ﻣُﻨَﺎﻓِﻖٌ + ﻳْﻦَ =
ﻣُﻨَﺎﻓِﻘِﻴْﻦَ
- ﻣُﻬَﺎﺟِﺮٌ + ﻭْﻥَ = ﻣُﻬَﺎﺟِﺮُﻭْﻥَ / ﻣُﻬَﺎﺟِﺮِﻳْﻦَ + ﻳْﻦَ
= ﻣُﻬَﺎﺟِﺮِﻳْﻦَ
�� C:
Menentukan tanda Rafa’ dan alasannya:
- ﻳَﺨْﺮُﺝُ
Tanda Rafa’nya dengan Dhammah, karena
dia Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung
huruf akhirnya dengan sesuatu apapun.
- ﺍﻟْﻤُﺘَﺼَﺪِّﻗُﻮْﻥَ
Tanda Rafa’nya dengan Wawu, karena dia
Jamak Mudzakkar Salim.
- ﺍﻟْﻤُﺴَﺎﻓِﺮَﺍﻥِ
Tanda Rafa’nya dengan Alif, karena dia
Isim Mutsanna.
- ﺯَﻳْﺪٌ
Tanda Rafa’nya dengan Dhammah, karena
dia Isim Mufrad.
- ﺍﻟْﻜِﻠَﺎﺏُ
Tanda Rafa’nya dengan Dhammah, karena
dia Jamak Taksir [dari Isim Mufrad
(ُﺐْﻠَﻜْﻟﺍ) artinya anjing].
- ﻋِﻤْﺮَﺍﻥُ
Tanda Rafa’nya dengan Dhammah, karena
dia Isim Mufrad.
- ﻳَﻀْﺮِﺑُﻮْﻥَ
Tanda Rafa’nya dengan Nun, karena dia
Fi’il Mudhari’ yang bersambung dengan
Dhammir Tatsniyah, Dhamir Jamak dan
Dhammir Muannats Mukhatabah.
- ﺃَﺧُﻮْﻙَ
Tanda Rafa’nya dengan Wawu, karena dia
termasuk Al Asmaul Khamsah.
 PERHATIAN:
Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran
kita pada pertemuan yang akan datang,
dengan pembahasan bab Alamat Nashab.
Kami ingatkan untuk senantiasa Muraja’ah
dari apa yang telah lewat. Sesungguhnya
Ilmu Nahwu seperti Ilmu matematika dan
Fisika; butuh konsentrasi, pemahaman dan
hafalan. Jika ada hal-hal yang belum bisa
dipahami, hendaknya jangan malu untuk
bertanya kepada saudaranya atau
langsung kepada gurunya.
Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 20 Jumadats Tsaniyah
1435/ 20 April 2014_di Daarul Hadits_Al
Fiyusy_Harasahallah ��].

BELAJAR NAHWU 12

EDISI REVISI:
BELAJAR ILMU NAHWU
DARI KITAB AL AJURUMIYAH
��Pelajaran Keduabelas��
”MURAJA’AH”
LATIHAN SOAL
✒ Kerjakanlah soal-soal berikut ini
dengan baik tanpa melihat catatan
pelajaran yang telah lewat, untuk
menguji sejauh mana pemahaman kalian
dari pelajaran-pelajaran yang telah
lewat!
��A:
. Sebutkan alamat-alamat I’rab yang
dimilki Rafa!
. Sebutkan kalimat yang dirafa’ dengan
Dhammah!
. Sebutkan kalimat yang dirafa’ dengan
Nun!
. Sebutkan definisi Jamak Taksir!
. Sebutkan definisi Jamak Muannats
Salim!
��B:
. Buatlah Isim Mufrad berikut ini
menjadi Jamak Muannats Salim!
- ﻣُﺸْﺮِﻛَﺔٌ
- ﻣُﺘَﺼَﺪِّﻗَﺔٌ
. Buatlah Isim Mufrad berikut ini
menjadi Mutsanna!
- ﻗَﻠَﻢٌ
- ﺩَﻓْﺘَﺮٌ
. Buatlah Isim Mufrad berikut ini
menjadi Jamak Mudzakkar Salim!
- ﻣُﻨَﺎﻓِﻖٌ
- ﻣُﻬَﺎﺟِﺮٌ
��C:
Sebutkan tanda Rafa’ dan alasannya
pada kalimat-kalimat berikut ini!
 Contoh:
- ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ
Tanda Rafa’nya dengan Dhammah, karena
dia Isim Mufrad.
- ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﻥِ
Tanda Rafa’nya dengan Alif, karena dia
Mutsanna.
��- ﻳَﺨْﺮُﺝُ
��- ﺍﻟْﻤُﺘَﺼَﺪِّﻗُﻮْﻥَ
��- ﺍﻟْﻤُﺴَﺎﻓِﺮَﺍﻥِ
��- ﺯَﻳْﺪٌ
��- ﺍﻟْﻜِﻠَﺎﺏُ
��- ﻋِﻤْﺮَﺍﻥُ
��- ﻳَﻀْﺮِﺑُﻮْﻥَ
��- ﺃَﺧُﻮْﻙَ
�� Kunci jawaban dari soal-soal diatas
akan kami berikan pada pelajaran yang
akan datang. Silahkan cocokan jawaban
kalian dengan kunci jawaban tersebut!
Apakah kesalahan dalam menjawab lebih
banyak ataukah sebaliknya?!
 PERHATIAN:
Soal-soal diatas adalah inti sari dari
pelajaran-pelajaran yang telah lalu. Hal-
hal yang dituntut dari pelajaran yang
telah lewat adalah:
��a. Dapat membedakan antara Isim
Mu’rab dan Isim Mabni, karena ini adalah
asas ilmu Nahwu.
��b. Mengenal Alamat Rafa’.
��c. Mengenal tempat-tempat dari
masing-masing alamat Rafa’ tersebut,
seperti Dhammah tempatnya dimana saja?!
��d. Mengetahui definisi Isim (kata
benda) dan memahaminya; baik Mufrad
(tunggal), Mutsanna (ganda) maupun
Jamak (lebih dari 2).
 NASEHAT:
Hendaknya kita sering muraja’ah
(membaca ulang) dari apa yang telah
kita pelajari, terkhushus bagian-bagian
yang belum kita pahami.
Hendaknya kita jangan malu untuk
bertanya kepada guru kita ataupun
kepada teman yang memiliki kemampuan
lebih dari kita, ketika mendapatkan
kesulitan atau masalah yang belum bisa
dipahami. Bisa juga untuk mempermudah
dan saling memberikan semangat,
membentuk kelompok belajar dengan
anggota forum yang lainnya dalam grup
tersendiri, untuk saling bertanya dan
berbagi faedah seputar pelajaran.
Bersemangatlah untuk meraih keberhasilan
dari apa saja yang bermanfaat bagimu,
dan jangan sekali-kali merasa lemah.
Dituntut bagi kita untuk senantiasa
bersabar dan terus meminta tolong
kepada Allah Ta’ala untuk bisa menggapai
apa yang kita cita-citakan dari perkara-
perkara kebaikan, di dunia maupun di
Akherat!
Allah Ta’ala berfirman:
ﻭَﻗُﻞْ ﺭَﺏِّ ﺯِﺩْﻧِﻲ ﻋِﻠْﻤًﺎ
“dan katakanlah: “Ya Rabbku,
tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan.” [QS. Thahaa: 114]
ﻭَﺍﺳْﺘَﻌِﻴﻨُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﺼَّﺒْﺮِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻭَﺇِﻧَّﻬَﺎ ﻟَﻜَﺒِﻴﺮَﺓٌ ﺇِﻟَّﺎ
ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺨَﺎﺷِﻌِﻴﻦَ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu’. [QS. Al
Baqarah: 45]
Dari Abu Hurairah_radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
ﺍﺣْﺮِﺹْ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻌُﻚَ ﻭَﺍﺳْﺘَﻌِﻦْ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻌْﺠَﺰْ
“Capailah dengan sungguh-sungguh apa
yang berguna bagimu, mohonlah
pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla
dan janganlah kamu menjadi orang yang
lemah.” [HR. Muslim]
Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 4 Rabi'ul Awal 1435/ 5
Jan 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_
Harasahallah ��].

Nahwu pelajaran 10

EDISI REVISI:
BELAJAR ILMU NAHWU
DARI KITAB AL AJURUMIYAH
��Pelajaran Kesepuluh��
 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
“ ﻭﺃﻣَّﺎ ﺍﻷﻟﻒُ ﻓَﺘﻜُﻮﻥُ ﻋَﻼَﻣَﺔً ﻟِﻠﺮَّﻓْﻊِ ﻓِﻲ ﺗَﺜْﻨِﻴَﺔِ
ﺍﻷﺳْﻤَﺎﺀِ ﺧَﺎﺻَّﺔً .”
 Berkata penulis_rahimahullah:
“Adapun Alif menjadi alamat Rafa’ khusus
pada satu tempat saja, yaitu Isim
Tatsniyah.”
PENJELASAN:
Pada pelajaran kali ini, kita akan
membahas alamat ketiga dari alamat Rafa,
yaitu Alif.
�� Kalimat apa saja yang tanda Rafa’nya
dengan Alif
Disebutkan oleh penulis bahwa Alif
menjadi tanda atau alamat Rafa’ hanya
pada satu tempat saja, yaitu Isim
Tatsniyah.
�� Apa itu Isim Tatsniyah (Dual)
Definisinya adalah Kata benda yang
berjumlah dua, baik Mudzakkar (laki-laki)
maupun Muannats (perempuan), dengan
adanya penambahan huruf Alif dan Nun
atau Ya dan Nun pada bentuk
Mufradnya.
�� CATATAN:
Isim Tatsniyah disebut juga Isim
Mutsanna.
��Contoh Mudzakkar:
�� ﻃَﺎﻟِﺐٌ + ﺍﻥ = ﻃَﺎﻟِﺒَﺎﻥِ
�� ﻃَﺎﻟِﺐٌ + ﻳﻦ = ﻃَﺎﻟِﺒَﻴْﻦِ
��Contoh Muannats:
�� ﻃَﺎﻟِﺒَﺔٌ + ﺍﻥ = ﻃَﺎﻟِﺒَﺘَﺎﻥِ
�� ﻃَﺎﻟِﺒَﺔٌ + ﻳﻦ = ﻃَﺎﻟِﺒَﺘَﻴْﻦِ
��Kalimat (ٌﺐِﻟﺎَﻃ) dan (ٌﺔَﺒِﻟﺎَﻃ) artinya
seorang siswa dan siswi, keduanya adalah
Isim Mufrad.
Sedangkan kalimat ( ﻃَﺎﻟِﺒَﺎﻥِ / ﻃَﺎﻟِﺒَﻴْﻦِ ) dan
( ﻃَﺎﻟِﺒَﺘَﻴْﻦِ / ﻃَﺎﻟِﺒَﺘَﺎﻥِ ) artinya dua orang
siswa dan siswi, dia adalah Isim
Mutsanna.
 PERHATIAN:
Huruf Alif (ﺍ) pada kalimat (ِﻥﺎَﺒِﻟﺎَﻃ) dan
(ِﻥﺎَﺘَﺒِﻟﺎَﻃ) adalah alamat Rafa’ bagi Isim
Mutsanna. Adapun huruf Ya (ﻱ) pada
kalimat (ِﻦْﻴَﺒِﻟﺎَﻃ) dan (ِﻦْﻴَﺘَﺒِﻟﺎَﻃ) akan
dibahas pada alamat-alamat Nashab dan
Khafadh insya Allah.
��Contoh:
�� ﺫَﻫَﺐَ ﺍﻟﻄَّﺎﻟِﺒَﺎﻥِ
“Dua orang siswa itu telah berangkat”
 Kalimat (ِﻥﺎَﺒِﻟﺎَّﻄﻟﺍ) dia kedudukannya
disini sebagai Fa’il (Subjek Pelaku),
sedangkan Fa’il selalu Marfu’, alamat
Rafa’nya disini dengan Alif, karena dia
Isim Mutsanna.
�� ﺟَﺎﺀَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﻥِ
“Dua orang muslim itu telah datang”
 Kalimat (ِﻥﺎَﻤِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ) dia kedudukannya
disini sebagai Fa’il (Subjek Pelaku),
sedangkan Fa’il selalu Marfu’, alamat
Rafa’nya disini dengan Alif, karena dia
Isim Mutsanna.
�� CATATAN:
Lihatlah contoh-contoh Isim Mutsanna
berikut ini
- ﻛِﺘَﺎﺑَﺎﻥ
ِ
Dua buah kitab.
- ﺑَﻴْﺘَﺎﻥِ
Dua buah rumah
- ﻛُﺮْﺳِﻴَّﺎﻥِ
Dua buah kursi
- ﻣُﺴْﻠِﻤَﺎﻥِ
Dua orang muslim
- ﻃَﺒِﻴْﺒَﺎﻥِ
Dua orang dokter
- ﻣُﻬَﻨْﺪِﺳَﺎﻥِ
Dua orang insinyur
�� Semua huruf Alif pada contoh-contoh
diatas adalah alamat Rafa’ bagi Isim
Mutsanna. Huruf Nun pada Isin Mutsanna
selalu Kasrah, adapun huruf Nun pada
Jamak Mudzakkar Salim (telah lewat
pembahasannya pada pelajaran ke 9)
selalu Fathah.
�� Jadi, apa yang dituntut dari kita
pada pelajaran hari ini
Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk
menghafal dan mengenal alamat-alamat
I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu
kalimat ketika dirafa.
Ingat Bahwa alamat Rafa’ untuk Isim
Mutsanna adalah Alif, bukan huruf Nun
atau harakat Kasrah yang terdapat pada
huruf Nun.
Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu
dirafa’, maka hal ini akan dibahas pada
babnya tersendiri.
Jadi, kalian jangan dipusingkan dengan
hal ini! Cukup bagi kalian sementara ini
mengenal Alamat I’rab suatu Isim dan
Fi’il.
Kemampuan kalian dalam memahami ilmu
Nahwu akan berkembang secara bertahap,
insya Allah.
 Apabila kalian mendapatkan suatu hal
yang belum bisa dipahami dari pelajaran
kita, maka janganlah segan atau malu
untuk menanyakannya kepada kami.
Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 2 Rabi'ul Awal 1435/ 3
Jan 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_
Harasahallah ��].

BELAJAR NAHWU BAG 8

EDISI REVISI:
�� BELAJAR ILMU NAHWU
DARI KITAB AL AJURUMIYAH
 Pelajaran Kedelapan 
 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
:ُﺏﺎﺑ ﻣَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﻋَﻼَﻣَﺎﺕِ ﺍﻹِِﻋْﺮَﺍﺏِ
ﻟﻠﺮﻓْﻊِ ﻓﻲ ﺃَﺭْﺑَﻊُ :ٍﺕﺎَﻣَﻼَﻋ ﺍﻟﻀَّﻤَّﺔُ، ﻭﺍﻟﻮَﺍﻭُ، ﻭَﺍﻷﻟِﻒُ،
.ﻭَﺍﻟﻨُّﻮﻥُ
 Berkata penulis_rahimahullah:
BAB MENGENAL ALAMAT-ALAMAT I’RAB
“Rafa’, ia memiliki empat alamat:
Dhammah, Wawu, Alif dan Nun”
 PENJELASAN:
�� Sekarang Penulis mulai menguraikan
macam-macam I’rab dengan menjelaskan
masing-masing alamat-alamatnya.
 Pertama: Rafa’.
Rafa, memiliki empat alamat;
��1. Dhammah, dia adalah alamat asli
rafa’. Oleh karena itu, secara umum isim
dan fi’il yang marfu’ (dirafa’), maka
alamat rafa’nya dengan dhammah.
��2. Wawu, dia menempati posisi kedua
sebagai alamat rafa’, karena dia lebih
dekat dengan dhammah ketika disukun.
��3. Alif, dia menempati posisi ketiga
setelah wawu, karena dia bersaudara
dengan wawu dalam mad (panjang) dan
sifatnya.
��4. Nun, dia menempati posisi terakhir.
�� Kalian dapat mengetahui bahwa
kalimat itu marfu’ dengan adanya salah
satu alamat diatas pada akhir harakat
kalimat tersebut.
****
 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
ﻓَﺄﻣَّﺎ ﺍﻟﻀَّﻤَّﺔُ ﻓَﺘَﻜُﻮﻥ ﻋَﻼَﻣَﺔً ﻟﻠﺮَّﻓْﻊِ ﻓﻲ ﺃﺭْﺑَﻌَﺔِ
:َﻊﻴِﺿﺍَﻮَﻣ ﺍﻻِﺳﻢِ ﺍﻟﻤُﻔْﺮَﺩِ، ﻭﺟَﻤْﻊِ ﺍﻟﺘَّﻜْﺴِﻴﺮِ ﻭَﺟَﻤْﻊِ
ﺍﻟْﻤُﺆَﻧﺚِ ﺍﻟﺴَّﺎﻟِﻢِ، ﻭﺍﻟْﻔِﻌْﻞ ﺍﻟْﻤُﻀَﺎﺭِﻉِ ﺍﻟﺬﻱ ﻟَﻢْ
ﻳَﺘَّﺼﻞْ ﺑﺂﺧﺮﻩ ﺷَﻲْﺀٌ .
 Berkata penulis_rahimahullah:
“Adapun Dhammah menjadi alamat rafa’
pada empat tempat: isim mufrad, jamak
taksir, jamak muannats salim, dan fi’il
mudhari’ yang tidak bersambung pada
(huruf) akhirnya dengan sesuatu apapun.”
PENJELASAN:
�� Sekarang penulis menerangkan kalimat
apa saja yang dirafa’ dengan dhammah.
Kalimat yang dirafa’ dengan dhammah
ada empat:
�� 1. Isim Mufrad:
Definisinya adalah setiap isim yang
menunjukan atas satu buah/orang, baik
dia mudzakkar (kata benda untuk laki-
laki) maupun muannats (kata benda umtuk
perempuan).
��Contoh:
��Mudzakkar:
ﺫَﻫَﺐَ ﺍﻟْﻤُﺪَﺭِّﺱُ
“Bapak guru telah pergi”
Kalimat (ُﺱِّﺭَﺪُﻤْﻟﺍ) dia kedudukannya disini
sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il
selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan
dhammah karena dia isim mufrad.
��Muannats:
ﺫَﻫَﺒَﺖْ ﺍﻟْﻤُﺪَﺭِّﺳَﺔُ
“Ibu guru telah pergi”
Kalimat (ُﺔَﺳِّﺭَﺪُﻤْﻟﺍ) dia kedudukannya disini
sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il
selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan
dhammah karena dia isim mufrad.
�� 2. Jamak Taksir:
Definisinya adalah isim yang menunjukan
atas tiga atau lebih, baik dia mudzakar
maupun muannats, yang mana dia telah
mengalami perubahan bentuk pada
susunan aslinya, baik perubahannya pada
susunan hurufnya maupun harakatnya.
ﺭَﺟُﻞٌ – ﺭِﺟَﺎﻝٌ
Lafazh (ٌﻞُﺟَﺭ) adalah isim mufrad,
sedangkan lafazh (ٌﻝﺎَﺟِﺭ) dialah yang
dinamakan jamak taksir.
��Contoh:
ﺟَﺎﺀَ ﺍﻟﺮِﺟَﺎﻝُ
“Para laki-laki tersebut telah datang”
Kalimat (ُﻝﺎَﺟِﺮﻟﺍ) dia kedudukannya disini
sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il
selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan
dhammah karena dia jamak taksir.
�� 3. Jamak Muannats Salim:
Definisinya adalah isim mufrad yang
dijadikam jamak (lebih dari dua) dengan
ditambah huruf Alif dan Ta pada akhir
kalimat.
ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٌ + ﺍﺕ = ﻣُﺆْﻣِﻨَﺎﺕٌ
ﻣُﺴْﻠِﻤَﺔٌ + ﺍﺕ = ﻣُﺴْﻠِﻤَﺎﺕٌ
ﺯَﻳْﻨَﺐٌ + ﺍﺕ = ﺯَﻳْﻨَﺒَﺎﺕٌ
Lafazh ( ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٌ‏) , ‏(ﻣُﺴْﻠِﻤَﺔٌ ) dan (ٌﺐَﻨْﻳَﺯ)
adalah isim mufrad, sedangkan lafazh
( ﻣُﺆْﻣِﻨَﺎﺕٌ ‏), ‏( ﻣُﺴْﻠِﻤَﺎﺕٌ ) dan (ٌﺕﺎَﺒَﻨْﻳَﺯ) dialah
yang dinamakan jamak muannats salim.
��Contoh:
ﺣَﻀَﺮَﺕِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕُ
“Kaum muslimah itu telah datang “
Kalimat (ُﺕﺎَﻤِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ) dia kedudukannya
disini sebagai fa’il (subyek), sedangkan
fa’il selalu marfu’, alamat rafa’nya
dengan dhammah karena dia jamak
muannats salim.
�� 4. Fi’il Mudhari’ yang tidak
bersambung pada huruf akhirnya dengan
sesuatu apapun:
��Contoh:
ﻳَﺪْﺭُﺱُ ﺍﻟﻄَﺎﻟِﺐُ
“Siswa itu sedang belajar”
Kalimat (ُﺱُﺭْﺪَﻳ) dia fi’il mudhari’, dia
marfu’ karena tidak ada nawashib (‘aamil
nashab) dan juga tidak ada jawazim
(‘aamil jazem) yang masuk padanya,
alamat rafa’nya dengan dhammah karena
dia fi’il mudhari’ yang tidak bersambung
pada (huruf) akhirnya dengan sesuatu
apapun.
 CATATAN:
Adapun istilah Nawashib dan Jawazim,
maka dua hal ini akan datang
penjelasannya pada babnya tersendiri.
 Jadi, apa yang dituntut dari kita pada
pelajaran hari ini?
Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk
menghafal dan mengenal alamat-alamat
I’rab; apakah alamat I’rab kalimat ketika
dirafa, dinashab, dikhafadh dan dijazem.
Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu
dirafa’, dinashab, dikhafadh dan dijazem,
maka hal ini akan dibahas pada babnya.
Yang terpenting bagi kita sementara ini
adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya
terlebih dahulu.
Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita
akan lanjutkan alamat kedua dari alamat
rafa’ pada pertemuan yang akan datang
insya Allah.
⛔ Perhatikan baik-baik setiap pelajaran
yang disampaikan, karena kita sudah mulai
masuk bab-bab yang penting.
Apabila kita bisa memahaminya dengan
baik, maka ini akan menjadi kunci
kemudahan pada bab-bab selanjutnya
insya Allah.
Kami ingatkan kembali, jangan lupa untuk
selalu mengingat maklumat-maklumat yang
telah kita terangkan, dan jangan lupa
pula untuk terus dimuraja’ah (dibaca dan
dipelajari kembali).
Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran
kita berikutnya pada pertemuan yang
akan datang. Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 25 Shafar 1435/ 28
Desember 2013_di Daarul Hadits_Al
Fiyusy_Harasahallah ��]

Pelajaran nahwu dari al ajurumiyah ke 6

�”BELAJAR ILMU NAHWU
DARI KITAB AL AJURUMIYAH”
 PELAJARAN KEENAM 
BAB AL BINA
 Dalam kitab Al Ajurumiyah ini, penulis_
rahimahullah tidak menyebutkan “Bab Al
Bina.” Oleh karena itu, kita akan jelaskan
apa itu Al Bina dan macamnya, karena
sebagaimana yang telah kita terangkan
bahwa bab “Al I’rab dan Al Bina”
merupakan asas ilmu nahwu.
 Al Bina adalah lawan dari Al I’rab. Al
Bina adalah tetapnya harakat akhir suatu
kalimat dalam satu keadaan, tidak akan
berubah harakatnya meskipun dimasuki
berbagai jenis ‘Aamil.
Contohnya:
 Kalimat (ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫ), harakat akhir kalimat
ini selalu kasrah, meskipun dimasuki oleh
berbagai macam ‘Aamil.
ﻫَﺆُﻟَﺎﺀِ ﻗَﻮْﻣُﻨَﺎ
“Mereka kaum kami” [QS. Al Kahfi: 15]
ﺇِﻥَّ ﻫَﺆُﻟَﺎﺀِ ﻗَﻮْﻡٌ ﻟَﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ
“Sesungguhnya mereka itu adalah kaum
yang tidak beriman.” [QS. Az Zukhruf:
88]
ﻭَﺟِﺌْﻨَﺎ ﺑِﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﻫَﺆُﻟَﺎﺀِ ﺷَﻬِﻴﺪًﺍ
“Dan Kami mendatangkan kamu
(Muhammad) sebagai saksi atas mereka
itu.” [QS. An Nisaa: 41]
 Perhatikanlah kalimat (ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫ) pada tiga
ayat diatas!
Semua akhir harakat kalimat (ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫ)
dalam satu keadaan, yaitu senantiasa
menetapi harakat kasrah. Padahal ‘Aamil
yang masuk padanya berbeda-beda. Inilah
yang dinamakan Bina, lawan dari I’rab.
Pada ayat pertama; kalimat (ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫ)
adalah Isim Isyarah (kata petunjuk) yang
Mabni (menetap) dengan harakat kasrah,
dan dia menduduki harakat Rafa’ sebagai
sebagai Mubtada’.
Pada ayat kedua; kalimat (ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫ)
adalah Isim Isyarah yang Mabni dengan
harakat kasrah, dan dia menduduki
harakat Nashab sebagai Isim ‘Inna’.
Pada ayat ketiga; kalimat (ِﺀﺎَﻟُﺆَﻫ)
adalah Isim Isyarah yang Mabni dengan
harakat kasrah, dan dia menduduki
harakat Jar/Khafadh sebagai Isim Majrur
(kata benda yang dimasuki huruf jar/al
khafadh).
 Macam-macam Bina:
. Mabni dengan harakat sukun, seperti;
ﻛَﻢْ – ﻗُﻢْ – ﻫَﻞْ – ﻟَﻢْ
. Mabni dengan harakat fathah, seperti;
ﺃَﻳْﻦَ – – َﺐَﻫَﺫ ﺳَﻮْﻑَ – ﻫُﻮَ
. Mabni dengan harakat dhammah,
seperti;
ﺣَﻴْﺚُ – ﻣُﻨْﺬُ
. Mabni dengan harakat kasrah, seperti;
ﺃَﻣْﺲِ – ﺃَﻧْﺖِ
 KESIMPULAN:
Macam Bina ada empat: Mabni dengan
Sukun, Fathah, Dhammah, dan Kasrah.
Al Bina terjadi pada Isim, Fi’il dan
Huruf. Sedangkan Al I’rab hanya terjadi
pada Isim dan Fi’il saja. Adapun Huruf
semuanya Mabni.
 Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa
itu Mubtada’, Isim Inna dan Isim Majrur?
Apa makna istilah tersebut?
 Itu semua akan datang dalam babnya
tersendiri. Jadi kita jangan pusing dahulu
dengan istilah ini.
Jadi, apa yang dituntut dari kita
pada pelajaran “Bab Al I’rab dan Al
Bina”?
Kalian harus mengerti dan memahami
perbedaan antara keduanya, dan bisa
memberikan contoh masing-masingnya.
Karena hal ini sangat penting,
sebagaimana yang telah kita katakan
bahwa Al I’rab dan Al Bina merupakan
asas atau pondasi ilmu nahwu.
 MAKNA ISTILAH BARU:
Mabni: artinya menetap (harakat
akhirnya).
Majrur: artinya dimasuki Huruf Jar.
Jar dan Al Khafadh bermakna satu.
Adapun apa makna Mubtada’, Isim Inna
dan Isim Majrur, kita akan jelaskan pada
babnya.
Demikianlah pelajaran kita hari ini.
Semoga bisa dipahami dengan baik.
Apabila ada penjelasan yang kurang bisa
dipahami maka segera.
Insya Allah kita lanjutkan pelajaran
berikutnya pada pertemuan yang akan
datang.
 Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 2 Rabi'uts Tsani 1435/ 2
Pebruari 2014_di Daarul Hadits_Al
Fiyusy_Harasahallah ].