Cari Blog Ini

Rabu, 21 Mei 2014

BELAJAR NAHWU BAG 8

EDISI REVISI:
�� BELAJAR ILMU NAHWU
DARI KITAB AL AJURUMIYAH
 Pelajaran Kedelapan 
 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
:ُﺏﺎﺑ ﻣَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﻋَﻼَﻣَﺎﺕِ ﺍﻹِِﻋْﺮَﺍﺏِ
ﻟﻠﺮﻓْﻊِ ﻓﻲ ﺃَﺭْﺑَﻊُ :ٍﺕﺎَﻣَﻼَﻋ ﺍﻟﻀَّﻤَّﺔُ، ﻭﺍﻟﻮَﺍﻭُ، ﻭَﺍﻷﻟِﻒُ،
.ﻭَﺍﻟﻨُّﻮﻥُ
 Berkata penulis_rahimahullah:
BAB MENGENAL ALAMAT-ALAMAT I’RAB
“Rafa’, ia memiliki empat alamat:
Dhammah, Wawu, Alif dan Nun”
 PENJELASAN:
�� Sekarang Penulis mulai menguraikan
macam-macam I’rab dengan menjelaskan
masing-masing alamat-alamatnya.
 Pertama: Rafa’.
Rafa, memiliki empat alamat;
��1. Dhammah, dia adalah alamat asli
rafa’. Oleh karena itu, secara umum isim
dan fi’il yang marfu’ (dirafa’), maka
alamat rafa’nya dengan dhammah.
��2. Wawu, dia menempati posisi kedua
sebagai alamat rafa’, karena dia lebih
dekat dengan dhammah ketika disukun.
��3. Alif, dia menempati posisi ketiga
setelah wawu, karena dia bersaudara
dengan wawu dalam mad (panjang) dan
sifatnya.
��4. Nun, dia menempati posisi terakhir.
�� Kalian dapat mengetahui bahwa
kalimat itu marfu’ dengan adanya salah
satu alamat diatas pada akhir harakat
kalimat tersebut.
****
 ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ – ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ :
ﻓَﺄﻣَّﺎ ﺍﻟﻀَّﻤَّﺔُ ﻓَﺘَﻜُﻮﻥ ﻋَﻼَﻣَﺔً ﻟﻠﺮَّﻓْﻊِ ﻓﻲ ﺃﺭْﺑَﻌَﺔِ
:َﻊﻴِﺿﺍَﻮَﻣ ﺍﻻِﺳﻢِ ﺍﻟﻤُﻔْﺮَﺩِ، ﻭﺟَﻤْﻊِ ﺍﻟﺘَّﻜْﺴِﻴﺮِ ﻭَﺟَﻤْﻊِ
ﺍﻟْﻤُﺆَﻧﺚِ ﺍﻟﺴَّﺎﻟِﻢِ، ﻭﺍﻟْﻔِﻌْﻞ ﺍﻟْﻤُﻀَﺎﺭِﻉِ ﺍﻟﺬﻱ ﻟَﻢْ
ﻳَﺘَّﺼﻞْ ﺑﺂﺧﺮﻩ ﺷَﻲْﺀٌ .
 Berkata penulis_rahimahullah:
“Adapun Dhammah menjadi alamat rafa’
pada empat tempat: isim mufrad, jamak
taksir, jamak muannats salim, dan fi’il
mudhari’ yang tidak bersambung pada
(huruf) akhirnya dengan sesuatu apapun.”
PENJELASAN:
�� Sekarang penulis menerangkan kalimat
apa saja yang dirafa’ dengan dhammah.
Kalimat yang dirafa’ dengan dhammah
ada empat:
�� 1. Isim Mufrad:
Definisinya adalah setiap isim yang
menunjukan atas satu buah/orang, baik
dia mudzakkar (kata benda untuk laki-
laki) maupun muannats (kata benda umtuk
perempuan).
��Contoh:
��Mudzakkar:
ﺫَﻫَﺐَ ﺍﻟْﻤُﺪَﺭِّﺱُ
“Bapak guru telah pergi”
Kalimat (ُﺱِّﺭَﺪُﻤْﻟﺍ) dia kedudukannya disini
sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il
selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan
dhammah karena dia isim mufrad.
��Muannats:
ﺫَﻫَﺒَﺖْ ﺍﻟْﻤُﺪَﺭِّﺳَﺔُ
“Ibu guru telah pergi”
Kalimat (ُﺔَﺳِّﺭَﺪُﻤْﻟﺍ) dia kedudukannya disini
sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il
selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan
dhammah karena dia isim mufrad.
�� 2. Jamak Taksir:
Definisinya adalah isim yang menunjukan
atas tiga atau lebih, baik dia mudzakar
maupun muannats, yang mana dia telah
mengalami perubahan bentuk pada
susunan aslinya, baik perubahannya pada
susunan hurufnya maupun harakatnya.
ﺭَﺟُﻞٌ – ﺭِﺟَﺎﻝٌ
Lafazh (ٌﻞُﺟَﺭ) adalah isim mufrad,
sedangkan lafazh (ٌﻝﺎَﺟِﺭ) dialah yang
dinamakan jamak taksir.
��Contoh:
ﺟَﺎﺀَ ﺍﻟﺮِﺟَﺎﻝُ
“Para laki-laki tersebut telah datang”
Kalimat (ُﻝﺎَﺟِﺮﻟﺍ) dia kedudukannya disini
sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il
selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan
dhammah karena dia jamak taksir.
�� 3. Jamak Muannats Salim:
Definisinya adalah isim mufrad yang
dijadikam jamak (lebih dari dua) dengan
ditambah huruf Alif dan Ta pada akhir
kalimat.
ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٌ + ﺍﺕ = ﻣُﺆْﻣِﻨَﺎﺕٌ
ﻣُﺴْﻠِﻤَﺔٌ + ﺍﺕ = ﻣُﺴْﻠِﻤَﺎﺕٌ
ﺯَﻳْﻨَﺐٌ + ﺍﺕ = ﺯَﻳْﻨَﺒَﺎﺕٌ
Lafazh ( ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٌ‏) , ‏(ﻣُﺴْﻠِﻤَﺔٌ ) dan (ٌﺐَﻨْﻳَﺯ)
adalah isim mufrad, sedangkan lafazh
( ﻣُﺆْﻣِﻨَﺎﺕٌ ‏), ‏( ﻣُﺴْﻠِﻤَﺎﺕٌ ) dan (ٌﺕﺎَﺒَﻨْﻳَﺯ) dialah
yang dinamakan jamak muannats salim.
��Contoh:
ﺣَﻀَﺮَﺕِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤَﺎﺕُ
“Kaum muslimah itu telah datang “
Kalimat (ُﺕﺎَﻤِﻠْﺴُﻤْﻟﺍ) dia kedudukannya
disini sebagai fa’il (subyek), sedangkan
fa’il selalu marfu’, alamat rafa’nya
dengan dhammah karena dia jamak
muannats salim.
�� 4. Fi’il Mudhari’ yang tidak
bersambung pada huruf akhirnya dengan
sesuatu apapun:
��Contoh:
ﻳَﺪْﺭُﺱُ ﺍﻟﻄَﺎﻟِﺐُ
“Siswa itu sedang belajar”
Kalimat (ُﺱُﺭْﺪَﻳ) dia fi’il mudhari’, dia
marfu’ karena tidak ada nawashib (‘aamil
nashab) dan juga tidak ada jawazim
(‘aamil jazem) yang masuk padanya,
alamat rafa’nya dengan dhammah karena
dia fi’il mudhari’ yang tidak bersambung
pada (huruf) akhirnya dengan sesuatu
apapun.
 CATATAN:
Adapun istilah Nawashib dan Jawazim,
maka dua hal ini akan datang
penjelasannya pada babnya tersendiri.
 Jadi, apa yang dituntut dari kita pada
pelajaran hari ini?
Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk
menghafal dan mengenal alamat-alamat
I’rab; apakah alamat I’rab kalimat ketika
dirafa, dinashab, dikhafadh dan dijazem.
Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu
dirafa’, dinashab, dikhafadh dan dijazem,
maka hal ini akan dibahas pada babnya.
Yang terpenting bagi kita sementara ini
adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya
terlebih dahulu.
Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita
akan lanjutkan alamat kedua dari alamat
rafa’ pada pertemuan yang akan datang
insya Allah.
⛔ Perhatikan baik-baik setiap pelajaran
yang disampaikan, karena kita sudah mulai
masuk bab-bab yang penting.
Apabila kita bisa memahaminya dengan
baik, maka ini akan menjadi kunci
kemudahan pada bab-bab selanjutnya
insya Allah.
Kami ingatkan kembali, jangan lupa untuk
selalu mengingat maklumat-maklumat yang
telah kita terangkan, dan jangan lupa
pula untuk terus dimuraja’ah (dibaca dan
dipelajari kembali).
Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran
kita berikutnya pada pertemuan yang
akan datang. Wallahu a’lam bish shawab.
[✏ ditulis oleh Abu 'Ubaidah Iqbal bin
Damiri Al Jawy, 25 Shafar 1435/ 28
Desember 2013_di Daarul Hadits_Al
Fiyusy_Harasahallah ��]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar